News terbaru – Di saat teknologi terus berkembang pesat, permintaan prosesor lawas Intel justru mengalami lonjakan. Meski prosesor terbaru menawarkan banyak fitur canggih dan efisiensi tinggi, pasar saat ini lebih memilih produk lama. Fenomena ini terkesan kontradiktif, namun ternyata ada alasan kuat di baliknya. Prosesor lawas Intel kini jadi pilihan banyak pengguna dan perusahaan, terutama data center, karena beberapa faktor ekonomi dan geopolitik.
“Baca Juga: Performa RTX 5060 Ti 8GB Tertinggal Jauh dari Versi 16GB”
Konflik Tarif AS-China Jadi Penyebab Utama Lonjakan Permintaan
Menurut laporan dari Reuters, lonjakan permintaan ini muncul akibat kebijakan tarif yang diberlakukan antara Amerika Serikat dan China. Konflik perdagangan ini menyebabkan biaya produksi dan distribusi komponen baru menjadi lebih mahal. Banyak produsen dan pengguna akhirnya memilih prosesor lawas yang harganya lebih terjangkau. Michelle Johnston Holthaus, CEO Intel Product, juga mengonfirmasi bahwa tarif ini mendorong perusahaan data center lebih memilih teknologi lama untuk menekan biaya.
Prosesor Baru Intel Terhambat Karena Produksi Global
Tidak semua komponen prosesor Intel diproduksi sepenuhnya di Amerika Serikat. Produksi yang tersebar di berbagai negara membuat rantai pasokan lebih rentan terhadap gangguan tarif dan regulasi perdagangan. Kondisi ini menyebabkan harga prosesor baru naik, sehingga pengguna dan bisnis lebih enggan beralih ke teknologi terbaru. Sebaliknya, prosesor lawas tetap lebih mudah didapat dan lebih ekonomis untuk kebutuhan komputasi yang tidak terlalu berat.
Dampak Lonjakan Permintaan pada Pasar Komponen Intel
Lonjakan permintaan ini diperkirakan memengaruhi pasar komponen komputer secara luas. Khususnya bagi Intel, hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang. Intel kini tengah fokus mengembangkan chipset yang khusus digunakan untuk kecerdasan buatan (AI). Namun, pasar yang masih mengandalkan prosesor lawas bisa menunda adopsi teknologi terbaru ini. Dampaknya, pengembangan AI dan teknologi mutakhir lainnya bisa melambat jika pengguna tetap memilih komponen lama. Selain itu, persaingan dengan produsen lain yang lebih cepat menghadirkan inovasi juga semakin ketat, sehingga Intel harus mempercepat riset dan peluncuran produk agar tidak tertinggal di pasar global yang sangat dinamis ini.
“Baca Juga: NVIDIA Siapkan RTX 5000 SUPER dengan VRAM Lebih Besar”
Apakah Permintaan Prosesor Lawas Jadi Solusi atau Hambatan?
Fenomena ini memunculkan pertanyaan: apakah meningkatnya permintaan prosesor lawas Intel justru bisa menyelamatkan perkembangan teknologi AI secara umum? Atau justru hal ini hanya strategi bisnis agar perusahaan dapat memaksimalkan keuntungan dari stok produk lama? Yang jelas, situasi ini menunjukkan bagaimana faktor eksternal seperti politik dan ekonomi global dapat berdampak besar pada teknologi dan inovasi. Keputusan pengguna dan perusahaan dalam memilih komponen bisa jadi sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar, bukan hanya teknologi itu sendiri.