News terbaru – Sistem limfatik terdiri dari kelenjar getah bening, limpa, timus, dan sumsum tulang. Limfoma Hodgkin (penyakit Hodgkin) terjadi ketika sel-sel limfosit, yaitu sel darah putih yang melawan infeksi, mulai tumbuh dan berkembang biak secara tidak terkendali, membentuk massa atau tumor di dalam kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat memengaruhi siapa saja, tetapi lebih sering ditemukan pada orang yang berusia antara 20 hingga 40 tahun dan pada orang yang lebih tua dari 55 tahun. penyakit Hodgkin) umumnya dapat diobati dengan baik jika terdeteksi dini, dengan tingkat kesembuhan yang cukup tinggi. Namun, untuk memahami lebih lanjut mengenai penyakit ini, kita perlu mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya penyakit Hodgkin).
“Baca Juga : Lidah Buaya: Solusi Alami dari BRIN untuk Pencegahan Stunting “
Hingga saat ini, penyebab pasti dari penyakit Hodgkin) masih belum diketahui secara pasti. Namun, para peneliti percaya bahwa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit ini. Faktor-faktor ini meliputi infeksi virus tertentu, kondisi sistem kekebalan tubuh, dan faktor genetik. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan atau meningkatkan risiko terjadinya limfoma Hodgkin:
Salah satu faktor yang diyakini dapat memicu terjadinya penyakit Hodgkin) adalah infeksi virus Epstein-Barr (EBV). EBV adalah virus yang juga dapat menyebabkan mononukleosis infeksiosa atau yang lebih dikenal dengan penyakit “kissing disease”. Infeksi EBV dapat menyebabkan perubahan pada sel-sel limfosit, yang kemudian berkembang menjadi kanker. Virus ini dapat memicu perubahan pada DNA limfosit, menyebabkan sel-sel ini tumbuh dan berkembang biak secara tidak terkendali. Meskipun infeksi EBV dapat meningkatkan risiko penyakit Hodgkin), tidak semua orang yang terinfeksi EBV akan mengembangkan penyakit ini. Hanya sebagian kecil orang dengan infeksi EBV yang berisiko mengalami perkembangan limfoma Hodgkin.
Faktor genetik juga dapat berperan dalam perkembangan penyakit Hodgkin). Jika ada anggota keluarga, terutama saudara kandung, yang menderita penyakit Hodgkin), risiko seseorang untuk terkena penyakit ini juga akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan genetik yang dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit ini. Para ilmuwan menduga bahwa adanya mutasi genetik tertentu dapat meningkatkan kerentanan individu terhadap penyakit Hodgkin). Namun, faktor genetik hanya menjadi salah satu faktor risiko dan tidak berarti bahwa seseorang pasti akan mengembangkan penyakit ini jika memiliki riwayat keluarga dengan limfoma Hodgkin.
“Simak juga: Virus Marburg di Rwanda Picu 6 Kematian, Indonesia Perlu Bersiap”
Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS atau mereka yang menggunakan obat imunosupresan setelah menjalani transplantasi organ, memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit Hodgkin). Sistem kekebalan tubuh yang lemah membuat tubuh kurang mampu melawan infeksi dan sel-sel abnormal, termasuk sel kanker. Selain itu, orang yang memiliki gangguan autoimun tertentu, seperti rheumatoid arthritis atau lupus, juga mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan limfoma Hodgkin. Kondisi ini menunjukkan bahwa adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh dapat mempengaruhi perkembangan kanker ini.
Limfoma Hodgkin lebih sering ditemukan pada orang berusia muda, terutama antara 20 hingga 40 tahun, dan juga pada orang yang lebih tua dari 55 tahun. Selain itu, pria cenderung lebih berisiko terkena penyakit ini dibandingkan wanita. Meskipun demikian, penyakit Hodgkin) dapat terjadi pada semua kelompok usia dan jenis kelamin.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan zat kimia tertentu, seperti pestisida atau bahan kimia industri, dapat meningkatkan risiko limfoma Hodgkin. Paparan radiasi tinggi juga dapat menjadi faktor risiko, meskipun hal ini lebih jarang terjadi. Faktor lingkungan ini diyakini dapat memicu perubahan pada sel-sel limfosit, yang kemudian berkembang menjadi kanker. Namun, hubungan antara paparan zat kimia dan penyakit Hodgkin) masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat dipastikan. Tidak semua orang yang terpapar bahan kimia akan mengembangkan penyakit ini, dan banyak orang dengan limfoma Hodgkin tidak memiliki riwayat paparan bahan kimia.
Penting untuk mengetahui gejala-gejala limfoma Hodgkin agar penyakit ini dapat dideteksi lebih awal. Gejala yang paling umum dari limfoma Hodgkin adalah pembengkakan pada kelenjar getah bening, terutama di leher, ketiak, atau pangkal paha. Pembengkakan ini biasanya tidak terasa sakit, tetapi bisa menjadi lebih besar seiring waktu. Selain pembengkakan kelenjar getah bening, gejala lain yang dapat muncul meliputi:
Demam tanpa sebab yang jelas
Berkeringat pada malam hari
Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
Kelelahan yang berlebihan
Gatal-gatal pada kulit
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala-gejala ini, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Deteksi dini dan pengobatan yang tepat dapat meningkatkan peluang kesembuhan dari limfoma Hodgkin.
Pengobatan limfoma Hodgkin tergantung pada stadium penyakit dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Beberapa metode pengobatan yang umum digunakan meliputi:
Kemoterapi: Penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi adalah pengobatan utama untuk penyakit Hodgkin) dan sering kali dikombinasikan dengan terapi radiasi.
Terapi Radiasi: Penggunaan sinar-X dengan dosis tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi radiasi biasanya digunakan pada stadium awal penyakit Hodgkin) atau setelah kemoterapi.
Imunoterapi: Penggunaan obat-obatan yang membantu sistem kekebalan tubuh mengenali dan melawan sel-sel kanker.
Transplantasi Sumsum Tulang: Dalam beberapa kasus, transplantasi sumsum tulang atau sel induk mungkin diperlukan, terutama jika penyakit Hodgkin) kambuh setelah pengobatan.
Limfoma Hodgkin adalah jenis kanker yang memengaruhi sistem limfatik dan dapat terjadi pada siapa saja, meskipun lebih umum pada orang berusia muda dan orang yang lebih tua. Penyebab pasti limfoma Hodgkin belum diketahui, tetapi beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena penyakit ini meliputi infeksi virus Epstein-Barr, riwayat keluarga dengan limfoma Hodgkin, sistem kekebalan tubuh yang lemah, usia, jenis kelamin, serta paparan zat kimia. Meskipun limfoma Hodgkin adalah penyakit yang serius, tingkat kesembuhannya cukup tinggi jika dideteksi dan diobati sejak dini. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui gejala-gejalanya dan segera berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami pembengkakan kelenjar getah bening atau gejala lainnya. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab dan faktor risiko limfoma Hodgkin, diharapkan kita dapat lebih waspada dan melakukan langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.