News terbaru – Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi setiap individu. Salah satunya adalah plastik yang umumnya mengandung senyawa kimia Bisphenol A (BPA), yang sekarang diketahui memiliki dampak buruk terhadap sistem reproduksi manusia.
Plastik sering digunakan dalam produk konsumen karena kemampuannya untuk menjaga ketahanan dan kekerasan benda tersebut. Namun, di balik kepraktisan ini terdapat risiko kesehatan yang signifikan, terutama terkait dengan senyawa kimia BPA. Senyawa ini digunakan dalam pembuatan plastik polikarbonat untuk menjaga kekerasan dan daya tahan benda tersebut.
Penelitian telah menunjukkan bahwa paparan BPA dapat berdampak serius terhadap sistem reproduksi, baik pada wanita maupun pria. Pada wanita, BPA telah terbukti menyebabkan gangguan seperti siklus haid tidak teratur, kista ovarium, sindrom polikistik ovarium (PCOS). Dan bahkan dapat meningkatkan risiko keguguran dan komplikasi pada bayi baru lahir. Studi juga menunjukkan bahwa BPA dapat mengurangi jumlah telur matang yang siap dibuahi, mengancam kesuburan wanita secara keseluruhan.
Bagi pria, BPA dapat memengaruhi fungsi sistem reproduksi dengan menyebabkan disfungsi seksual seperti penurunan libido, disfungsi ereksi, dan kelainan sperma. Senyawa ini juga diketahui dapat mengganggu sistem endokrin yang penting untuk perkembangan dan metabolisme tubuh manusia.
“Baca juga: Galon Guna Ulang untuk AMDK, Penjelasan BPOM”
Selain itu, paparan Bisphenol A (BPA) dalam dosis tertentu dapat merusak sistem endokrin, memengaruhi perkembangan, metabolisme, dan perilaku manusia. BPA dapat mengikat reseptor hormon seperti estrogen dan androgen, yang diekspresikan oleh berbagai sel dan jaringan tubuh manusia, termasuk prostat dan kandung kemih. Ini meningkatkan risiko terjadinya kanker, seperti yang telah ditunjukkan dalam beberapa studi.
Pemerintah Indonesia, melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), telah mengambil langkah proaktif dengan menerapkan peraturan untuk melabeli produk air minum dalam kemasan (AMDK) yang mengandung plastik polikarbonat dengan peringatan yang tepat. Langkah ini bertujuan untuk memberikan informasi yang transparan kepada konsumen tentang potensi bahaya BPA.
Regulasi BPOM ini disambut baik oleh pakar farmakologi, Prof. Junaidi Khotib, yang menekankan pentingnya edukasi masyarakat tentang risiko BPA. Prof. Junaidi menyatakan bahwa pelabelan BPA pada AMDK adalah langkah penting untuk memastikan bahwa konsumen dapat membuat pilihan yang tepat untuk kesehatan mereka.
“Simak juga: Menjelajahi Diet Bebas Gluten Apa yang Perlu Anda Ketahui”
Untuk melindungi diri dan keluarga dari bahaya Bisphenol A (BPA), ada beberapa langkah yang dapat diambil. Pertama, konsumen disarankan untuk memilih produk yang mengklaim bebas BPA atau bertanda “BPA Free”. Selain itu, hindarilah memanaskan makanan atau minuman dalam wadah plastik, termasuk penggunaan microwave, karena suhu tinggi dapat mengurai BPA ke dalam makanan atau minuman.
Selanjutnya, periksa kode daur ulang pada wadah plastik dan hindari kode angka 3 atau 7, yang umumnya mengandung BPA. Pilihlah alternatif yang lebih aman seperti peralatan rumah tangga dan wadah makanan dari bahan yang tidak mengandung BPA.
Menyadari dampak negatif BPA pada sistem reproduksi dan kesehatan secara keseluruhan, langkah-langkah preventif ini menjadi penting untuk dilakukan oleh setiap individu. Dengan edukasi yang tepat dan kebijakan yang mendukung, diharapkan masyarakat dapat mengurangi paparan terhadap BPA dan mencegah potensi penyakit yang berhubungan dengan gangguan endokrin. Selalu prioritaskan kesehatan Anda dengan memilih produk yang aman dan mengurangi penggunaan plastik yang berpotensi mengandung BPA.