Tambang Emas Ambruk, 43 Tewas, Mayoritas Korban Perempuan
News terbaru – Sebanyak 43 orang, mayoritas wanita, tewas akibat runtuhnya tambang emas tradisional di Mali barat pada Sabtu (15/2/2025). Ketua serikat pekerja industri Taoule Camara mengonfirmasi kejadian tragis ini.
Kecelakaan tersebut terjadi di dekat kota Kenieba, wilayah Kayes, yang dikenal sebagai daerah kaya emas di Mali. Menurut Camara, para korban memasuki area tambang terbuka yang telah ditinggalkan oleh perusahaan tambang industri. Mereka berusaha mencari serpihan emas yang tersisa di dalamnya.
Namun, saat sedang menggali, tanah di sekitar mereka tiba-tiba runtuh dan menimbun puluhan penambang. Para pekerja yang berada di sekitar lokasi segera berusaha menyelamatkan korban, tetapi banyak dari mereka tidak dapat keluar tepat waktu.
Tambang tradisional di Mali sering kali beroperasi tanpa perlindungan yang memadai, sehingga rawan kecelakaan fatal. Aktivitas tambang rakyat seperti ini tetap berlangsung karena banyak penduduk menggantungkan hidup pada sektor pertambangan emas.
Pihak berwenang setempat kini tengah menyelidiki penyebab runtuhnya tambang. Upaya pencarian korban masih berlanjut, meskipun harapan menemukan korban selamat semakin menipis.
Insiden ini menambah daftar panjang kecelakaan tambang di Afrika Barat. Kurangnya regulasi serta minimnya perlengkapan keselamatan membuat pekerja tambang rakyat sering menghadapi risiko tinggi. Pemerintah dan organisasi terkait diharapkan segera mengambil langkah pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang.
“Baca Juga : AS-Rusia Bertemu di Arab Saudi, Bahas Akhir Perang Ukraina”
Penambangan rakyat telah menjadi aktivitas umum di sebagian besar wilayah Afrika Barat. Kegiatan ini semakin menguntungkan dalam beberapa tahun terakhir seiring meningkatnya permintaan logam dan melonjaknya harga emas di pasar global. Banyak penduduk setempat bergantung pada sektor ini sebagai mata pencaharian utama mereka.
Namun, metode penambangan yang digunakan sering kali tidak diatur, sehingga meningkatkan risiko kecelakaan fatal. Penambang rakyat biasanya bekerja tanpa perlindungan yang memadai dan menggunakan peralatan sederhana. Akibatnya, banyak tambang tradisional yang rentan terhadap longsor, banjir, atau runtuhan tanah yang dapat menimbun para pekerja.
Insiden serupa terjadi di Mali barat daya pada akhir Januari 2025. Sebanyak 13 penambang rakyat, termasuk beberapa perempuan dan tiga anak-anak, tewas setelah terowongan tempat mereka menggali emas tiba-tiba terendam banjir. Para korban tidak memiliki cukup waktu untuk menyelamatkan diri, sehingga mereka terjebak di dalam tambang yang tertutup air.
Kecelakaan seperti ini bukan pertama kali terjadi di Mali maupun negara-negara Afrika Barat lainnya. Minimnya regulasi pemerintah, kurangnya pengawasan, serta tidak adanya standar keselamatan yang ketat membuat tambang rakyat tetap menjadi sektor yang berbahaya bagi pekerjanya.
Pemerintah setempat diharapkan dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk meningkatkan keselamatan para penambang rakyat. Selain itu, organisasi kemanusiaan dan industri pertambangan juga perlu memberikan edukasi dan dukungan guna mengurangi risiko kecelakaan. Upaya regulasi serta penyediaan peralatan keselamatan yang lebih baik dapat membantu mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan.
“Baca Juga : 3 Pembalap Kuda Hitam MotoGP 2025, Fabio Quartararo Terdepan!”