News terbaru – Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, dan salah satu potensi yang patut diperhatikan adalah tanaman sagu. Sagu, sebagai tanaman asli nusantara, memiliki peran strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Dengan lahan sagu yang luas, Indonesia berada di posisi yang sangat menguntungkan dalam pengembangan komoditas ini. Artikel ini akan membahas potensi besar sagu, serta upaya pemerintah dalam mengoptimalkan penggunaannya sebagai alternatif pangan pendamping beras.
Sagu adalah tanaman yang dikenal karena kemampuannya menghasilkan pati dalam jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan tanaman penghasil pati lainnya. Menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Indonesia memegang posisi sebagai negara dengan lahan sagu terbesar di dunia. Dari total 6,5 juta hektar lahan sagu di seluruh dunia, sekitar 5,5 juta hektar atau 85 persen di antaranya berada di Indonesia. Sebagian besar lahan tersebut, sekitar 5,2 juta hektar, tersebar di Papua.
“Baca juga: Ekonomi Indonesia di Tengah Ketidakpastian Global”
Meskipun Indonesia memiliki lahan sagu yang sangat luas, pemanfaatannya saat ini masih jauh dari optimal. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (Kementan) pada Angka Tetap 2022. Hanya sekitar 4 persen dari total luas areal sagu nasional yang telah dimanfaatkan, yaitu seluas 212.468 hektar. Produksi sagu pada tahun 2022 mencapai 385.905 ton, namun angka ini menunjukkan potensi yang belum sepenuhnya digali.
Provinsi Riau menjadi produsen utama sagu di Indonesia. Menyuplai sekitar 74 persen dari total produksi nasional dengan angka produksi mencapai 285.468 ton dari lahan seluas 76.597 hektar. Produktivitas Riau mencapai 3,73 ton per hektar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Papua, yang berada di peringkat kedua dengan produktivitas 1,21 ton per hektar. Provinsi Maluku berada di peringkat ketiga dengan produksi 0,27 ton sagu per hektar.
Sagu bukan hanya bermanfaat sebagai sumber pangan, tetapi juga ramah lingkungan. Tanaman ini memiliki laju penyerapan CO2 yang tinggi, yang berkontribusi pada perlambatan global warming. Dengan kemampuan ini, sagu berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi dampak perubahan iklim.
Untuk mengoptimalkan potensi sagu, Kementerian Perindustrian telah mengadakan Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang potensi dan manfaat pengembangan sagu serta memperkenalkan berbagai produk olahan berbasis sagu. Selain itu, simposium ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan sagu di dalam negeri.
Simposium ini melibatkan 14 narasumber dari berbagai instansi pemerintah, akademisi, dan praktisi. Termasuk Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Badan Pangan Nasional. Acara ini juga dilengkapi dengan pameran di Plaza Pameran Industri yang diikuti oleh 21 peserta, terdiri dari tiga instansi pusat, lima instansi daerah, dan 13 pelaku usaha pengolahan sagu.
“Simak juga: Kebijakan Kontroversial Izin Tambang kepada Ormas”
Sebagai bagian dari upaya ini, juga dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Pengembangan Beras Analog Sagu Instan antara Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Kementerian Perindustrian dan Pusat Riset Agroindustri Badan Riset dan Inovasi Nasional. Kesepakatan ini menandakan komitmen pemerintah untuk mendorong hilirisasi industri pengolahan sagu, termasuk pengembangan beras analog berbasis sagu.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, menyatakan bahwa penandatanganan ini merupakan langkah konkret untuk meningkatkan industri pengolahan sagu. “Kami berharap dengan adanya kerja sama ini, akan terjadi peningkatan pemanfaatan sagu yang lebih luas serta pengembangan produk-produk inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan pangan domestik,” ujar Putu.
Dengan potensi lahan sagu yang sangat besar, Indonesia memiliki kesempatan emas untuk mengembangkan sagu sebagai salah satu pilar ketahanan pangan nasional. Upaya pemerintah untuk meningkatkan pemanfaatan sagu melalui berbagai inisiatif dan kerja sama menunjukkan komitmen yang serius dalam mengoptimalkan potensi alam ini. Dengan dukungan semua pihak, sagu dapat menjadi alternatif pangan yang berkelanjutan, ramah lingkungan, dan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi negara.