Penembakan 5 WNI, Pemerintah Sebut Tindakan Malaysia Berlebihan
News terbaru – Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) menyoroti dugaan penggunaan kekuatan berlebihan oleh Agensi Penguatkuasa Maritim Malaysia (APMM) dalam insiden penembakan terhadap lima pekerja migran Indonesia (PMI) di Perairan Tanjung Rhu, Malaysia. Penembakan tersebut menyebabkan satu orang PMI tewas, satu lainnya kritis, dan tiga lainnya terluka.
Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, Christina Aryani, menyampaikan bahwa tindakan APMM tersebut dinilai tidak proporsional dan melampaui batas. Menurutnya, pihak berwenang Malaysia seharusnya dapat menangani situasi ini dengan cara yang lebih manusiawi, seperti melakukan penangkapan tanpa perlu menggunakan kekerasan yang berujung pada penembakan.
“Kami melihat ada dugaan penggunaan kekuatan berlebihan. Seharusnya, pekerja migran ini cukup ditangkap saja tanpa harus menggunakan senjata api, apalagi sampai ada yang meninggal dunia,” ujar Christina Aryani pada Sabtu (25/1/2025).
Kritik terhadap Penanganan Insiden
Christina menambahkan, meskipun para WNI diketahui memasuki wilayah perairan Malaysia secara ilegal, tindakan represif dengan menembak mereka tidak dapat dibenarkan. Tindakan tersebut dinilai bertentangan dengan prinsip kemanusiaan dan penegakan hukum yang adil.
“Kami sangat menyayangkan insiden ini karena sesungguhnya penanganan terhadap pelanggaran hukum seperti ini tidak harus berakhir dengan kekerasan. Tindakan yang dilakukan oleh APMM ini sangat disayangkan,” lanjutnya.
Langkah Selanjutnya
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri dan P2MI berencana untuk segera berkoordinasi dengan otoritas Malaysia untuk meminta penjelasan resmi terkait insiden ini. Christina menegaskan bahwa investigasi menyeluruh harus dilakukan untuk memastikan keadilan bagi para korban dan mencegah insiden serupa terjadi di masa mendatang.
“Kami akan terus mengawal kasus ini agar keadilan dapat ditegakkan, baik untuk korban maupun keluarga mereka,” pungkasnya.
“Baca Juga : Presiden Prabowo Hadiri Hari Republik India sebagai Tamu Utama”
emerintah Indonesia melalui Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) meminta agar penyelidikan kasus penembakan lima pekerja migran Indonesia (PMI) oleh Agensi Penguatkuasa Maritim Malaysia (APMM) dilakukan secara komprehensif dan transparan. Wakil Menteri P2MI, Christina Aryani, menegaskan pentingnya mengungkap kebenaran di balik insiden tersebut.
“Kami mendorong agar penyelidikan dilakukan secara komprehensif sehingga semua informasi menjadi terang benderang dan transparan. Dengan begitu, bisa diketahui apa yang sebenarnya terjadi,” ujar Christina, Sabtu (25/1/2025).
Koordinasi dan Pendampingan bagi Korban
P2MI saat ini tengah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Atase KBRI di Kuala Lumpur untuk mengidentifikasi korban dan memastikan pendampingan bagi mereka. Langkah ini mencakup perawatan medis bagi korban luka, bantuan hukum, pemulangan jenazah korban meninggal, dan akses konsuler untuk menjenguk korban.
“Kami terus memastikan bahwa korban luka mendapatkan perawatan medis yang layak, sementara bagi korban yang meninggal, kami berupaya memfasilitasi pemulangan jenazahnya kepada keluarga,” tambah Christina.
Kronologi Kejadian
Insiden penembakan terjadi pada Jumat (24/1/2025) pukul 03.00 waktu setempat di Perairan Tanjung Rhu, Malaysia. Saat itu, patroli APMM menemukan sebuah kapal yang diawaki lima WNI PMI nonprosedural. Situasi tersebut berujung pada aksi penembakan yang menewaskan satu orang PMI, sementara empat lainnya terluka. Termasuk satu korban yang kini dalam kondisi kritis.
“Kami tengah mengumpulkan semua fakta untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Namun yang pasti, insiden ini menimbulkan korban, dan kami akan mengawal kasus ini hingga tuntas,” tegas Christina.
Langkah Tindak Lanjut
Pemerintah Indonesia akan terus memantau perkembangan kasus ini sembari memastikan keadilan bagi para korban dan keluarga mereka.
“Baca Juga : Alex Pastoor Tanggapi Elegan Peran Vitalnya di Timnas Indonesia”