Israel Hentikan Akses Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Tekan Hamas
News terbaru – Israel telah menghentikan masuknya semua bantuan kemanusiaan ke Gaza dan mengancam Hamas dengan konsekuensi lebih lanjut jika kelompok tersebut menolak untuk memperpanjang fase pertama perjanjian gencatan senjata. Pernyataan ini disampaikan oleh Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Minggu, 2 Maret 2025. Netanyahu menyebutkan bahwa semua pasokan dan barang ke Jalur Gaza akan dihentikan, dengan alasan Hamas menolak menerima kerangka kerja yang diusulkan oleh utusan khusus AS, Steve Witkoff, untuk melanjutkan pembicaraan.
Dalam pernyataannya, Netanyahu menekankan bahwa Israel tidak akan menerima gencatan senjata tanpa pembebasan sandera yang mereka tahan. Israel mengancam akan mengambil tindakan lebih lanjut jika Hamas tetap menolak untuk berkomitmen pada perjanjian tersebut.
Di sisi lain, Hamas menanggapi keputusan ini dengan menuduh Israel mencoba menggagalkan perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati. Mereka menyebut langkah Israel untuk menghentikan bantuan kemanusiaan sebagai bentuk “pemerasan murahan, kejahatan perang, dan serangan terang-terangan” terhadap gencatan senjata yang mulai berlaku pada Januari 2025. Tahap pertama dari perjanjian gencatan senjata itu berakhir pada 1 Maret 2025.
Kantor Netanyahu mengatakan bahwa Israel telah menyetujui usulan Witkoff untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata selama enam minggu, yang mencakup bulan suci Ramadhan dan Paskah Yahudi. Netanyahu juga menegaskan bahwa Israel dapat melanjutkan operasi militer di Gaza jika negosiasi gagal. Sebagai bagian dari perpanjangan gencatan senjata, Israel berencana untuk menyerahkan setengah dari semua tawanan yang masih hidup atau telah meninggal.
“Baca Juga : Elon Musk Menjadi Sorotan Saat Rapat Kabinet Donald Trump”
Benjamin Netanyahu mengungkapkan bahwa saat ini Hamas menahan 59 tawanan, yang terdiri dari 24 orang yang masih hidup dan 35 orang yang sudah meninggal. Sebelumnya, Hamas menolak usulan Israel untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata selama Ramadhan dan Paskah, serta mendesak agar fase kedua dijalankan sesuai dengan kesepakatan semula.
Dampak kemanusiaan dari situasi ini sangat dirasakan. Organisasi-organisasi kemanusiaan berulang kali menegaskan bahwa gencatan senjata harus terus berlangsung. Agar bantuan yang sangat dibutuhkan bisa sampai ke warga Palestina di Gaza. Yang telah menghadapi kehancuran akibat perang selama 17 bulan terakhir. Program Pangan Dunia menyatakan, “Dampak dari akses kemanusiaan yang aman dan berkelanjutan sudah jelas,” dan menambahkan bahwa “gencatan senjata harus dipertahankan. Tidak ada jalan kembali.”
Ratusan truk bantuan telah memasuki Gaza sejak gencatan senjata dimulai pada 19 Januari 2025. Namun, harga barang-barang meningkat dua kali lipat pada Minggu setelah berita penutupan menyebar, menyebabkan warga bergegas menimbun persediaan. Sayed al-Dairi, seorang warga Kota Gaza, mengatakan kepada The Associated Press, “Semua orang khawatir.”
Penolakan Netanyahu untuk melanjutkan ke fase kedua gencatan senjata juga menuai kritik di Israel. Ratusan warga Israel menggelar demonstrasi di luar rumah menteri-menteri pemerintah. Pada Minggu untuk menuntut penyelesaian gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan. Yair Golan, pemimpin Partai Demokrat, mengkritik Netanyahu yang dianggap menghindari negosiasi untuk fase kedua. Dengan mengatakan bahwa Israel perlu mencapai gencatan senjata jangka panjang dan menarik diri dari sebagian besar wilayah Gaza.
“Baca Juga : Solusi IT Sederhana dari Hypernet Technologies untuk UMKM”